Kedua, dosa yang tidak terampuni. Yaitu, syirik setelah beriman.
Syirik yaitu mempersekutukan atau mempersamakan yang lain
dengan Allah SWT. Di dalam Alquran ditegaskan:
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) syirik,
tetapi Dia akan mengampuni yang selain itu bagi siapa
yang dikehendaki-Nya. (QS Al-Nisa': 48).
Ketiga, dosa yang akan diselesaikan Allah pada Hari Akhir
nanti. Yakni, dosa terhadap sesama manusia, baik yang bersifat
moral maupun material. Rasulullah saw menjelaskan, Pada Hari
Kiamat nanti semua hal yang menyangkut makhluk-Nya
akan diselesaikan dengan pembalasan yang seadil-adilnya
kepada yang berkepentingan, bahkan sampai digiring
kambing yang dipatahkan kakinya untuk diselesaikan
persoalannya. Seseorang akan terbebas dari beban dosa ini
dengan mendapat ampunan dari Ilahi apabila sebelum meninggal
dunia telah mendapat kerelaan atau dimaafkan oleh yang
bersangkutan. Dalam Islam, memaafkan itu berpahala.
Dosa-dosa di luar yang disebutkan pembagiannya secara
definitif di atas, pengampunannya terserah kepada kehendak
Allah semata.
Islam tidak mengenal adanya dosa yang dibawa manusia sejak
lahir. Dalam Islam, pintu dosa ialah meninggalkan perintah Allah
dan melanggar larangan-Nya. Pintu keluar dari dosa atau
pembersihan diri dari dosa ialah melakukan taubatan nasuha.
Tentang tobat ini Rasulullah saw menjelaskan, Sesungguhnya
Allah SWT menerima tobat seorang hamba-Nya, sebelum
ruh/nyawanya sampai di kerongkongan (sakaratul maut).
(HR Ahmad dan Turmudzi).
Dalam kaitan ini, ada baiknya jika kita menyimak firman Allah
SWT: Wahai hamba-hamba-Ku yang telah banyak berbuat
dosa, janganlah putus asa terhadap rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah akan mengampunimu (bila bertobat).
Dialah yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang. (QS
Al-Zumar: 53).
Keluhuran kita sebagai manusia bukan karena kita tidak pernah
berbuat salah. Tetapi, karena kita bisa menyadari kesalahan dan
berusaha memperbaikinya.