MENJAGA KESUCIAN FITRAH SEKS

Nafsu seks adalah fitrah. Keberadaannya bukan sekadar pendorong pelestarian keturunan, tapi terkait dengan amanah yang harus dijaga kesuciannya. Karena itu, derajat seseorang bisa diukur melalui sikapnya terhadap fitrah atau naluri seks ini. Mereka yang mengotori seks, menyalurkannya secara bathil, akan terjerembab pada derajat binatang, bahkan lebih rendah lagi. Allah SWT berfirman, "Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau kamu mengira bahwa kebanyakan mereka mendengar atau memahami. Mereka itu tiada lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan jalan mereka lebih sesat lagi." (QS Al-Furqon: 43-44).

Ironisnya, fenomena penyalahgunaan seks akhir-akhir ini kian memprihatinkan. Muda mudi, tidak terbatas kalangan non muslim saja, telah menjadikan menu seks sebagai legitimasi diri untuk sejajar dengan tuntutan zaman. Budaya pacaran dengan segala penyimpangan seksnya, mode pakaian mini yang dianggap trend, jelas mengotori kesucian seks yang pada gilirannya akan membawa bencana besar.

Media cetak dan elektronik juga banyak menyuguhkan informasi berbau kekerasan dan pornografi, Majalah, tabloid, dan koran tidak segan-segan lagi menampilkan artis-artis yang tanpa malu membuka auratnya, bahkan nyaris telanjang. Di layar kaca mudah ditemukan tayangan iklan, sinetron, dan film yang sarat dengan muatan pornografi. Para praktisi dunia hiburan terbius mengeruk keuntungan, sambil sama sekali tidak peduli pada kebobrokan moral yang muncul.

Maraknya tayangan berbau pornografi sekurang-kurangnya dapat mempengaruhi psikologis dan biologis pemirsa. Efeknya adalah bertambahnya rangsangan kemunculan libido, salah satu komponen instink seks, yang akan berlanjut pada proses peniruan. Klimaksnya akan ada kecenderungan pemirsa untuk berperilaku seperti apa yang mereka lihat.

Sudah seharusnya kita sebagai bagian dari umat Islam mengambil tindakan preventif sekaligus proaktif dalam menyikapi masalah ini. Pertanyaan mendasar yang perlu kita jawab adalah bagaimana memelihara kesucian seks? Ada lima konsep Islam yang dapat memberi pendidikan efektif terhadap kecenderungan seksual.

Pertama, shaum (puasa) sunnah. Jika memang ada kendala kuat menunda perkawinan usia dini, Islam memberi bimbingan kepada mereka yang belum mampu menikah dangan puasa sunnah. Disamping dapat menjinakkan nafsu syahwat, puasa akan menambah kekuatan makna pengawasan Allah SWT terhadap orang yang melakukannya hingga menumbuhkan rasa takut kepada-Nya.

Ini yang disabdakan Rasulallah saw, "Wahai para pemuda, barang siapa diantara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah. Karena menikah itu dapat memejamkan pandangan dan memelihara kemaluan. Jika tidak mampu menikah, hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu merupakan benteng dan pemutus nafsu." (HR Bukhari dan Muslim).

Puasa sunnah yang dianjurkan, seperti puasa Senin dan Kamis, puasa tiga hari di pertengahan bulan Hijriah, puasa enam hari bulan Syawwal, puasa sunnah Asyura, dan puasa Nabi Daud, yakni puasa satu hari dan buka satu hari.

Kedua, menjauhkan diri sekuat tenaga dari segala hal yang membangkitkan syahwat. Berbagai kerusakan, penyimpangan, dan kemaksiatan kian menggerogoti sendi-sendi kehidupan masyarakat. Seseorang dapat dengan mudah memperoleh kesempatan melakukan perbuatan maksiat, sementara sangat sulit mendapat tempat untuk melakukan ketaatan. Wajib bagi seorang muslim menghindari tempat-tempat yang dapat menghembuskan angin fitnah atas diri dan agamanya. Seorang ahli hikmah pernah mengatakan, "Orang yang berakal itu bukanlah orang yang pandai mencari alasan untuk membenarkan kejelekannya setelah jatuh ke dalamnya. Tapi orang yang berakal ialah orang yang pandai menyiasati kejelekan agar ia tidak terjatuh ke dalamnya."

Di antara tanda-tanda orang shalih adalah menjauhi perkara syubhat sehingga ia tidak terjatuh ke dalam perkara haram. Bahkan kalau perlu menjauhi sebagian yang halal agar tidak terjatuh ke dalam syubhat. Rasulallah saw pernah bersabda, "Tidaklah seorang hamba mencapai derajat muttaqin (orang yang taqwa) sehingga ia meninggalkan sesuatu yang tidak terlarang karena khawatir pada yang terlarang." (HR Tirmidzi, Ibnu Majah, Hakim dari Arthiyyah as-Sa'di dengan sanad sahih).

Ketiga, mengisi kekosongan dengan hal-hal yang bermanfaat. Waktu kosong, sesuai sabda Rasulallah saw, kerap menjadi pintu fitnah. Waktu kosong dapat mengundang masuknya pikiran yang tidak baik, termasuk fantasi seks. Ketika seseorang beranjak dewasa, nafsu syahwatnya akan tergerak hingga ia tergiur oleh angan dan hayalannya tadi.

Agar tidak terjebak dalam angan-angan yang memabukkan itu, kita harus mengisi waktu dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat. Misalnya dengan olah raga yang dapat menguatkan fisik, berekreasi, mengkaji buku yang bermanfaat, memperdalam ilmu pengetahuan, atau mengerjakan keterampilan yang dapat mengembangkan bakat. Lebih utama lagi, dengan menghadiri forum pengajian Islam untuk memperoleh pendidikan moral.

Keempat, bergaul dengan teman-teman yang shalih. Lingkungan, termasuk teman, sangat berpengaruh pada perilaku seseorang. Rasulallah saw bersabda, "Seseorang itu berdasarkan agama temannya. Maka hendaklah salah seorang di antara kamu memperhatikan siapa yang menemaninya." (HR At-Turmudzi).

Orang fasik yang gemar melakukan kemaksiatan tidak akan menuntun temannya kecuali pada kesesatan, tidak akan mendorong kecuali pada kecelakaan, dan tidak akan menemani kecuali demi keuntungan pribadi dan tujuan duniawi.

Kelima, menahan pandangan. Menahan pandangan yang diperintahkan Allah bukan memejamkan mata atau menundukkan kepala. Menundukkan pandangan artinya membebaskan pandangan dari tempat-tempat yang merangsang. Allah SWT berfirman, "Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang nampak pada dirinya."

Keenam, menerapkan tuntunan Rasulallah dan ajaran kedokteran untuk mengurangi gejolak syahwat. Antara lain dengan memperbanyak mandi air dingin pada musim panas, banyak berolah raga dan latihan fisik, menghindari makanan berlemak yang dapat membangkitkan birahi, tidak banyak mengkonsumsi daging, dan tidak tidur telungkup (tengkurap). Rasulallah menyunahkan tidur di lambung kanan, sambil menghadap kiblat. Wallahu a'lam bishawab.